Penelitian UGM mengungkapkan bagaimana magma kaya kristal mempengaruhi letusan Gunung Ruang.
Letusan Gunung Ruang: Kejadian yang Mengubah Perspektif
Pada malam yang tenang di bulan April 2024, Gunung Ruang di Sulawesi Utara tiba-tiba meletus setelah lebih dari dua dekade dorman. Letusan ini terjadi dalam dua fase pada 17 dan 30 April, dan keduanya dikategorikan sebagai erupsi sub-Plinian. Namun, yang menarik perhatian para ahli adalah sifat magma yang sangat padat oleh kristal, yang mengubah cara letusan ini terjadi.
Dr. Indranova Suhendro dari Universitas Gadjah Mada menjelaskan bahwa Gunung Ruang menyimpan keunikan yang dapat membantu memahami perilaku letusan eksplosif di masa depan. Magma Gunung Ruang mengalami dekompresi cepat, mirip dengan erupsi Vesuvius dan Pinatubo, tetapi kolom letusannya lebih pendek karena kepadatan kristal yang tinggi.
Penemuan Baru: Magma dan Interaksi dengan Air
Tim peneliti menggunakan teknik analisis mikroskopik dan geokimia untuk menunjukkan bahwa magma Gunung Ruang mengandung kristal besar dalam jumlah besar, meningkatkan berat jenisnya dan membatasi daya dorong letusan. Fenomena ini diibaratkan seperti balon udara yang kelebihan beban, sehingga sulit melayang lebih tinggi.
Penelitian ini juga menemukan bahwa magma berinteraksi dengan air eksternal, yang tampak dari tekstur abu vulkanik berbentuk blok. Interaksi ini menambah daya ledak letusan, meski tidak mampu mendorong kolom abu lebih tinggi. Peneliti mencatat letusan terjadi setelah gempa 6,5 M, menunjukkan gempa bisa menjadi pemicu.
Temuan ini penting untuk memahami perilaku letusan gunung api, terutama di Indonesia yang memiliki banyak gunung aktif. Selama ini, pemantauan vulkanik berfokus pada gempa dan emisi gas, namun kandungan kristal dalam magma juga mempengaruhi intensitas letusan.
Dalam mitigasi bencana, analisis kristalinitas magma bisa menjadi indikator tambahan untuk memprediksi potensi letusan. Jika dapat diukur secara rutin, data ini membantu memprediksi tinggi kolom abu dan dampak erupsi.
Penelitian ini menunjukkan pentingnya kolaborasi lintas disiplin dan negara dalam riset kebencanaan. Kontribusi ilmuwan Indonesia dalam mengungkap proses geologi ekstrem berdampak langsung pada keselamatan publik.
Dr. Indranova berharap analisis kristalinitas magma bisa digunakan sebagai alat prediksi tambahan dalam pemantauan gunung api. Kolaborasi tim yang solid dan passionate menjadi kunci dalam riset ini.