Strategi Pemerintah dalam Hilirisasi Ekspor Sarang Burung Walet

image

Pemerintah Indonesia fokus pada hilirisasi ekspor sarang burung walet untuk meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan.

Pentingnya Hilirisasi dalam Ekspor Sarang Burung Walet

Pemerintah Indonesia, melalui Kepala Badan Karantina, Dr. Sahat Manaor Panggabean, menegaskan pentingnya hilirisasi dalam ekspor sarang burung walet (SBW). Hilirisasi ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan masyarakat. Dalam lokakarya nasional di Universitas Gadjah Mada, Dr. Sahat menyatakan bahwa hilirisasi bukan hanya proses awal pengolahan, tetapi juga langkah menuju industrialisasi menyeluruh.

Proyek ini dirancang untuk melibatkan berbagai lapisan masyarakat, termasuk petani tambak dan perkebunan. Dengan demikian, dampaknya dapat dirasakan secara langsung oleh banyak pihak. Saat ini, Hongkong menjadi tujuan utama ekspor SBW, diikuti oleh China dan Vietnam. Sebanyak 49 perusahaan pengolahan SBW telah mengekspor produk mereka ke China, menciptakan lapangan kerja bagi sekitar 24.400 orang.

Tantangan dan Peluang di Pasar Global

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dr. Drh. Agung Suganda, M.Si., menyoroti tingginya permintaan SBW di pasar global yang belum terpenuhi. Indonesia menyumbang lebih dari 75 persen SBW dunia, menjadikannya peluang sekaligus tantangan. Meski pertumbuhan volume ekspor SBW periode 2020–2024 mencapai 0,63 persen, ada penurunan pada 2024 akibat turunnya permintaan dari China sebesar 12,7 persen.

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah melakukan intervensi strategis seperti diplomasi perdagangan dengan Tiongkok, penguatan regulasi ekspor, dan pemberian insentif pajak daerah. Namun, Ketua Asosiasi Peternak Pedagang Sarang Walet Indonesia, Dr. Ach Wahyuddin Husein, menilai regulasi saat ini belum cukup mendukung pelaku UMKM, terutama yang memiliki keterbatasan modal. Produk SBW premium menjadi satu-satunya yang diterima di pasar China, sementara dari total produksi 1.500 ton, hanya 500 ton yang bisa masuk.

Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Ir. Budi Guntoro, menyatakan kesiapan UGM dalam mendukung pengembangan dan hilirisasi SBW. Dengan fasilitas dan sumber daya manusia yang ada, UGM berkomitmen untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing SBW Indonesia. Hilirisasi yang kuat diharapkan dapat menghasilkan lebih banyak produk turunan SBW yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.

Dalam forum tersebut, dilakukan penandatanganan MoU antara Fapet UGM dan Asosiasi Peternak Pedagang Sarang Walet Indonesia, menandai langkah konkret dalam kolaborasi pengembangan SBW.


You Might Also Like