Optimalkan infrastruktur pelabuhan dan muatan kapal untuk menekan biaya logistik nasional.
Menyoroti Tantangan Logistik di Indonesia
Di awal tahun 2025, biaya logistik nasional di Indonesia masih menjadi perhatian utama. Sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.500 pulau, distribusi barang antar pulau menjadi tantangan tersendiri. Kenaikan biaya logistik ini tidak hanya mempengaruhi inflasi tetapi juga menciptakan ketimpangan ekonomi antarwilayah. Joewono Soemardjito, peneliti dari Pustral UGM, menyoroti bahwa tingginya biaya ini terutama disebabkan oleh kebutuhan angkutan antarpulau yang mengandalkan kapal sebagai moda transportasi utama.
Selain biaya angkutan kapal, jasa layanan pelabuhan juga berkontribusi pada tingginya biaya logistik. Proses bongkar muat yang lambat menambah waktu operasional kapal, meningkatkan biaya operasional, dan akhirnya menaikkan tarif angkutan. Faktor lain yang mempengaruhi adalah biaya transportasi darat yang diperlukan untuk mengangkut barang dari lokasi produksi ke pelabuhan, yang berkorelasi dengan jarak dan muatan.
Solusi untuk Menekan Biaya Logistik
Joewono menjelaskan bahwa biaya logistik terdiri dari biaya transportasi, penyimpanan, dan administrasi. Dalam konteks transportasi, moda yang digunakan sangat mempengaruhi biaya. Misalnya, tarif angkutan barang dengan kapal sangat dipengaruhi oleh volume muatan. Semakin besar volume, semakin rendah tarifnya. Oleh karena itu, mengkonsolidasikan muatan di daerah produksi dapat menjadi strategi efektif untuk menekan biaya.
Selain itu, peningkatan infrastruktur pelabuhan juga penting. Dengan fasilitas yang lebih baik, proses bongkar muat dapat dipercepat, mengurangi waktu tunggu kapal, dan menurunkan biaya operasional. Pemerintah diharapkan dapat fokus pada pengembangan ini untuk menciptakan efisiensi dalam sistem logistik nasional.
Dengan langkah-langkah ini, Indonesia dapat mengoptimalkan distribusi barang antar pulau, menekan biaya logistik, dan pada akhirnya mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih merata di seluruh wilayah.