Menghadapi Skill Trap: Tantangan Pekerja Muda di Era Bonus Demografi

image

Pekerja muda di Indonesia menghadapi skill trap di tengah bonus demografi. Bagaimana solusinya?

Bonus Demografi: Peluang atau Tantangan?

Menjelang tahun 2030, Indonesia dihadapkan pada fenomena bonus demografi, di mana jumlah penduduk usia produktif akan mencapai puncaknya. Namun, alih-alih menjadi peluang emas, kondisi ini justru menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Salah satu tantangan terbesar adalah ketersediaan lapangan kerja yang tidak sebanding dengan jumlah angkatan kerja yang terus meningkat.

Di media sosial, banyak warganet mengeluhkan sulitnya mencari pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi mereka. Bahkan, lulusan sarjana pun kini bersaing untuk pekerjaan yang sebelumnya dianggap tidak memerlukan pendidikan tinggi, seperti Asisten Rumah Tangga (ART) dan Baby Sitter.

Fenomena Skill Trap di Kalangan Pekerja Muda

Dian Fatmawati, seorang dosen dari Universitas Gadjah Mada, menjelaskan bahwa fenomena ini dikenal sebagai skill trap. Skill trap terjadi ketika individu terpaksa bekerja di sektor yang tidak sesuai dengan kompetensi mereka, sehingga tidak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan sesuai bidangnya.

Menurut Dian, kondisi ekonomi-politik saat ini tidak mendukung pertumbuhan lapangan kerja. Ekonomi yang lesu, daya beli masyarakat yang menurun, serta pendapatan produsen yang rendah, semuanya berkontribusi pada situasi ini. Jika tidak segera diatasi, Indonesia bisa menghadapi krisis ekonomi yang lebih parah.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan peningkatan jumlah pekerja informal dari tahun ke tahun. Pada 2019, terdapat 74,09 juta pekerja informal, dan angka ini diperkirakan meningkat menjadi 84,13 juta pada 2024. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang memilih untuk bekerja secara mandiri karena kurangnya lapangan pekerjaan formal.

Di sisi lain, beberapa negara seperti Hongkong, Taiwan, dan Jepang mengalami kekurangan tenaga kerja akibat populasi usia tua. Ini membuka peluang bagi pekerja migran Indonesia untuk mengisi kekosongan tersebut. Namun, pemerintah perlu memastikan bahwa pekerja migran mendapatkan pelatihan dan perlindungan yang memadai.

Dian menekankan pentingnya kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan politik yang stabil. Ini termasuk menyediakan pelatihan keterampilan yang relevan dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja yang sesuai dengan kompetensi angkatan kerja muda.

Tagar #KaburAjaDulu yang viral di media sosial mencerminkan keinginan masyarakat untuk mencari peluang kerja di luar negeri. Meskipun ini bisa menjadi solusi sementara, pemerintah harus fokus pada peningkatan kondisi dalam negeri agar angkatan kerja tidak perlu mencari pekerjaan di luar negeri.

Kesimpulannya, bonus demografi bisa menjadi berkah atau bencana tergantung pada bagaimana pemerintah dan masyarakat menanganinya. Dengan kebijakan yang tepat, Indonesia bisa memanfaatkan potensi angkatan kerja muda untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.


You Might Also Like