Guru Besar UGM ungkap 6 solusi inovatif untuk menangani infeksi dengue di Indonesia.
Memahami Tantangan Infeksi Dengue
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang signifikan, baik di Indonesia maupun secara global. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, dan menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Saat ini, belum ada tatalaksana spesifik untuk manajemen klinis infeksi dengue, sehingga upaya pencegahan infeksi tetap menjadi prioritas utama dalam penanganan secara umum.
Tingkat infeksi dengue pada anak dan dewasa muda masih sangat tinggi. Infeksi dengue merupakan tantangan kesehatan masyarakat yang signifikan, terutama di daerah tropis dan subtropis di dunia. Walaupun angka kematian cenderung menurun, angka insidensi yang tinggi dan angka kematian absolut tetap sangat tinggi.
Solusi Inovatif dalam Penanganan Dengue
Dalam pidato pengukuhan sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Kesehatan Anak, Prof. dr. Eggi Arguni, Sp. A(K), M.Sc., Ph.D., menyatakan bahwa salah satu tantangan dalam diagnosis dan terapi infeksi dengue adalah sifatnya yang hanya suportif atau simptomatik. Anak dengan infeksi dengue tanpa tanda bahaya dapat dirawat jalan dengan pemberian edukasi yang memadai kepada orang tua. Penggunaan obat-obatan nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) harus dihindari karena dapat memicu perdarahan. Karena belum tersedia obat antivirus yang spesifik, terapi cairan masih merupakan terapi utama untuk dengue.
Ada beberapa solusi inovatif dalam penanggulangan infeksi dengue. Pertama, penggunaan metode pengendalian vektor yang inovatif, berkelanjutan, dan berbasis bukti harus didukung untuk dikembangkan lebih lanjut. Teknologi nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia yang didukung oleh masyarakat dan pemerintah daerah dapat menjadi metode pelengkap dalam pengendalian vektor dengue, apabila model implementasi dalam skala luas dapat dikembangkan.
Kedua, pengembangan alat diagnostik yang sensitif dan terjangkau untuk mendeteksi infeksi dengue sedini mungkin serta kesinambungan pengadaan barang diagnostik menjadi kebutuhan klinik yang bekerja di layanan primer. Pengembangan panduan tatalaksana klinis terintegrasi dengan memperhatikan faktor komorbid dan kondisi khusus juga selayaknya selalu diperbarui.
Ketiga, pengembangan kandidat vaksin dengue dan upaya memasukkan vaksin dengue sebagai bagian dari program imunisasi nasional akan menjadi langkah besar dalam upaya pencegahan dengue pada anak di Indonesia.
Keempat, penguatan surveilans dengue yang komprehensif dan real-time sehingga potensi wabah dapat diidentifikasi dan direspons dengan cepat.
Kelima, peningkatan keterlibatan komunitas dalam upaya penanggulangan dengue yang berkesinambungan sangat penting. Wilayah Indonesia sangat luas dan terdiri dari beragam suku dengan karakter masyarakat yang beragam.
Pengetahuan tentang patogenesis dengue membuka pintu bagi pengembangan penelitian bidang molekuler genetik, tidak hanya untuk virus dengue, tetapi juga genetik pasien. Molekul target di endotel dan mediator kimia yang berperan dalam fenomena kebocoran plasma dapat digali lebih mendalam.
Dari akhir pidato pengukuhannya, Eggi menegaskan bahwa infeksi dengue tidak dapat diselesaikan dengan satu cara saja. Berbagai upaya pencegahan dan penatalaksanaan harus diupayakan secara terintegrasi. Apabila semua cara ini dilakukan, maka bisa menekan angka kematian anak akibat dengue. Bersama-sama, mari kita capai target zero dengue death, mari kita ciptakan masa depan generasi mendatang yang lebih sehat.