Pakar UGM berbagi tips mengolah makanan porsi besar untuk mencegah keracunan seperti di Klaten.
Baru-baru ini, sebanyak 127 warga Desa Karangturi, Klaten, Jawa Tengah, mengalami keracunan makanan setelah menyantap nasi kotak dalam acara hajatan wayangan. Dari jumlah tersebut, 47 orang harus dirawat di rumah sakit, 80 orang menjalani rawat jalan, dan satu orang meninggal dunia. Gejala yang dialami para korban termasuk sakit perut, mual, muntah, dan diare. Kejadian ini memicu perhatian publik dan pihak berwenang telah mengirim sampel makanan ke laboratorium di Semarang untuk analisis lebih lanjut.
Faktor Penyebab Keracunan Makanan
Prof. Dr. Ir. Sri Raharjo, M.Sc., dari Pusat Studi Pangan dan Gizi (PSPG) UGM, menjelaskan bahwa keracunan makanan sering terjadi dalam acara hajatan. Menurutnya, banyak kasus tidak dilaporkan atau tidak dipublikasikan secara luas. Salah satu kendala dalam mengatasi masalah ini adalah kurangnya informasi tentang jenis bakteri atau toksin penyebab keracunan.
Kasus di Klaten ini, menurut Sri Raharjo, disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, mutu dan keamanan bahan pangan segar yang diolah. Kedua, cara pengolahan yang melibatkan kondisi peralatan, lingkungan, dan waktu pengolahan. Makanan yang disajikan termasuk nasi, rendang daging sapi, krecek, acar, kerupuk, dan snack. Rendang dan krecek dianggap lebih berisiko dibandingkan makanan lain.
Tips Mengolah Makanan Porsi Besar
Sri Raharjo menyoroti pentingnya menjaga kebersihan dan suhu daging sapi yang diolah. Dalam hajatan, jika dibuat 200-300 kotak makanan, maka diperlukan 10-15 kg daging segar. Proses memasak yang dilakukan beberapa kali meningkatkan risiko kontaminasi bakteri.
Apabila masakan selesai pagi hari dan baru dikonsumsi malam hari, ada jeda waktu lebih dari 10 jam yang memungkinkan bakteri berkembang biak. Bahkan jika alat masak besar digunakan, panas yang tidak merata bisa menyebabkan bakteri atau toksin tetap ada.
Untuk mencegah keracunan, penting memahami cara mengolah makanan dalam jumlah besar. Peralatan dan cara pemakaian harus tepat, dan kewaspadaan diperlukan jika makanan baru dikonsumsi lebih dari 10 jam setelah dimasak.
Sri Raharjo menekankan pentingnya menjaga kesehatan warga agar daya tahan tubuh tetap kuat. Dengan pemahaman dan tindakan yang tepat, risiko keracunan makanan dapat diminimalkan.