Drama menjadi salah satu hiburan atau tontonan yang paling banyak diminati oleh orang zaman sekarang. Baik itu teater atau drama korea yang tengah heboh-hebohnya.
Drama adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud dipertunjukkan. Drama dapat dipertunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti pementasan teater, sandiwara, lenong, film, sinetron, dan sebagainya.
Lantas, Apa Pengertian Drama?
Kata drama berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku bertindak, atau beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan, atau bereaksi.
Dalam kehidupan sekarang, drama mengandung arti yang lebih luas ditinjau apakah drama sebagai salah satu genre sastra, ataukah drama itu sebagai cabang kesenian yang mandiri.
Drama naskah merupakan salah satu genre sastra yang disejajarkan dengan puisi dan prosa (Herman J. Waluyo, 2001:3). Drama mengutamakan perbuatan, gerak, yang merupakan inti hakikat setiap karangan yang bersifat drama.
Sementara, Moulton (dalam Soediro Satoto, 1991:3) mengatakan bahwa “Drama adalah hidup yang ditampilkan dalam gerak” (life presented in action).
Sastra jenis prosa menggerakkan fantasi pembaca, maka dalam jenis drama pembaca melihat kehidupan manusia diekspresikan secara langsung di muka sendiri.
Naskah drama sebagai salah satu genre sastra mempunyai kekhususan bila dibandingkan dengan genre puisi ataupun genre fiksi, kesan, dan kesadaran terhadap drama lebih difokuskan kepada bentuk karya yang bereaksi langsung secara konkret.
Jenis-Jenis Drama
Tambajong (1981) mengklasifikasikan drama menjadi 5 jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Tragedi (duka ria), drama yang melukiskan kisah sedih yang besar dan agung. Tokoh-tokohnya terlibat dalam bencana yang besar. Penulis naskah mengharapkan agar penonton memandang kehidupan secara optimis.
2. Komedi (drama ria), drama ringan yang sifatnya menghibur dan di dalamnya terdapat dialog kocak yang sifatnya menyindir dan biasanya berakhir dengan kebahagiaan. Lelucon bukan tujuan utama dalam komedi tetapi drama ini bersifat humor dan pengarangnya berharap akan menimbulkan kelucuan atau tawa riang.
3. Melodrama, lakon yang sangat sentimental, dengan tokoh dan cerita yang mendebarkan hati dan mengharukan.
4. Dagelan (farce), disebut juga banyolan. Seringkali drama ini disebut drama komedi murahan atau komedi picisan. Dagelan adalah drama kocak dan ringan, alurnya tersusun berdasarkan arus situasi dan tidak berdasarkan arus situasi. Isi cerita dagelan biasanya kasar, lentur dan fulgar.
Ciri-Ciri Teks Drama
Ciri-ciri drama bia dijadikan tanda khusus untuk membedakan dengan karya sastra lainnya. Berikut adalah ciri-ciri dari teks drama yang perlu diperhatikan, diantaranya:
• Teks drama memiliki cerita yang berbentuk dialog, baik yang dituturkan oleh narator maupun tokoh.
• Teks drama terletak di atas dialog atau di samping kiri dialog.
• Teks drama memiliki beberapa petunjuk khusus yang harus dilakukan oleh aktor atau aktris yang memerankan tokoh-tokoh di dalam teks tersebut.
• Teks drama biasanya dapat dipentaskan dengan durasi kurang dari tiga jam.
• Teks drama tidak dapat diulang dalam satu masa tertentu.
• Seluruh dialog pada teks drama tidak menggunakan tanda petik.
• Teks drama memuat banyak konflik dan aksi.
• Teks drama harus dilakonkan atau dipentaskan.
Unsur-Unsur Drama
Peneliti menggunakan teori pendekatan struktural dari Soediro Satoto yang terdiri dari tema, amanat, penokohan, alur, latar (setting), tikaian atau konflik, dan cakapan. Berikut penjelasannya:
1. Tema
Tema tidak sama dengan pokok masalah atau topik, tetapi tema dapat dijabarkan ke dalam beberapa pokok. Tema berhubungan dengan premis dari drama tersebut yang berhubungan pula dengan nada dasar dari sebuah drama.
Tema dalam drama akan dikembangkan melalui alur dramatik dalam plot melalui tokoh-tokoh protagonis dan antagonis dengan perwatakan yang memungkinkan konflik dan diformulasikan dalam bentuk dialog. Dialog tersebut mengejawantahkan tema dari lakon/naskah.
2. Amanat
Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan pengrang kepada pembaca melalui ceritanya. Nilai-nilai yang ada di dalam cerita rekaan bisa dilihat dari diri sastrawan dan pembacanya.
Teknik penyampaian pesan tesebut dapat secara langsung maupun tidak langsung. Secara tersurat maupun tersirat, atau secara simbolik. Amanat merupakan pemecahan, jika tema dalam drama merupakan ide sentral yang menjadi pokok persoalannya.
3. Alur (Plot)
Plot merupakan jalinan cerita atau kerangka awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antar dua tokoh yang berlawanan (Herman J. Waluyo, 2001:8).
Konflik itu berkembang karena kontradiksi para pelaku. Sifat dua tokoh itu bertentangan. Konflik itu semakin lama semakin meningkat untuk kemudian mencapai titik klimaks.
Setelah klimaks konflik akan menuju penyelesaian. Plot atau alur dalam sebuah cerita memang sulit dicari. Plot tersembunyi di balik jalan cerita. Plot dapat ditemukan apabila mengikuti cerita.
4. Penokohan
Tokoh merupakan pelaku yang menggambarkan peristiwa dalam lakon rekaan, sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan.
Tokoh menurut adalah orang-orang yang ditampilkan suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan dalam tindakan.
5. Latar (Settings)
Latar atau setting dalam teks drama yaitu sebuah aspek ruang atau tempat, waktu, hingga suasana terjadinya peristiwa dalam sebuah teks drama.
Secara langsung, latar berkaitan dengan penokohan dan alur yang terdapat dalam drama. Sehubungan dengan hal itu, latar harus saling menunjang dengan alur dan penokohan dalam membangun permasalahan dan konflik.
Struktur Teks Drama
Melansir dari blog Gramedia, berikut struktur-strukturnya:
1. Prolog
Prolog dapat dipahami sebagai kata pendahuluan atau kata-kata pembuka yang memiliki peran sebagai pengantar. Prolog sendiri biasanya berisi penjelasan gambaran umum tentang tokoh, konflik, latar belakang cerita, atau berbagai hal yang terjadi dalam drama.
2. Dialog
Dialog dapat didefinisikan sebagai sebuah percakapan atau pembicaraan antara dua orang atau lebih. Dalam struktur teks drama, dialog menjadi unsur yang memiliki peran yang sangat penting. Hal itu dikarenakan sebuah pementasan drama dibangun dengan menggunakan setiap dialog antar tokohnya.
3. Epilog
Epilog pada dasarnya adalah kata penutup dalam sebuah teks drama, yang mana fungsi dari epilog untuk mengakhiri sebuah pementasan drama.
Dalam pementasan drama, epilog biasanya memuat simpulan atau amanat atau isi pokok dari teks drama. Sama seperti prolog, epilog umumnya disampaikan oleh narator atau dalang. Namun, bisa jadi karena kebutuhan pementasan epilog disampaikan oleh tokoh dalam drama tersebut.
Fungsi Drama
Berikut ini beberapa fungsi dari drama, antara lain:
- Melukiskan watak tokoh-tokoh dalam cerita.
- Mengembangkan plot dan menjelaskan isi cerita kepada pembaca atau penonton.
- Memberikan isyarat peristiwa yang mendahuluinya.
- Memberikan isyarat peristiwa yang akan datang.
- Memberikan komentar terhadap peristiwa yang sedang terjadi dalam drama tersebut.