Keteladanan Sri Paus Fransiskus: Keberpihakan pada Kaum Miskin dan Tertindas

image

Mengenang Sri Paus Fransiskus yang dikenal karena keberpihakannya pada kaum miskin dan tertindas.

Meninggalnya Sri Paus Fransiskus pada Senin, 21 April lalu, meninggalkan duka mendalam bagi umat Katolik di seluruh dunia dan tokoh agama lainnya. Sebagai pemimpin umat Katolik sedunia, ia dikenal karena pesan perdamaian dan kepeduliannya terhadap kemanusiaan. Kepergian Sri Paus Fransiskus memicu refleksi dan penghormatan dari lintas agama.

Para tokoh agama turut menyampaikan belasungkawa sekaligus mengenang warisan spiritual dan sosial yang ditinggalkannya. Dr. Dicky Sofjan, Dosen Program Doktor Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS) di Universitas Gadjah Mada, adalah salah satu yang pernah bertemu dengan Sri Paus Fransiskus pada pertengahan tahun 2024.

Kepedulian Lintas Agama

Pertemuan tersebut terjadi dalam konferensi yang diselenggarakan oleh organisasi Focolare, gerakan sosial keagamaan di bawah naungan Vatikan. “Satu hal yang paling membekas dari beliau adalah kepedulian dan keterbukaannya terhadap komunitas di luar Katolik, khususnya umat Muslim,” kata Dicky.

Sri Paus Fransiskus selalu berkeinginan tulus membangun jembatan antara komunitas Katolik dan Muslim. Ini terbukti dari kunjungannya ke berbagai negara mayoritas Muslim seperti di Timur Tengah, Afrika Utara, Asia, dan termasuk Indonesia.

Lebih lanjut, ia menyoroti dokumen persaudaraan (Fraternity Document) yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Grand Syaikh dari Al-Azhar, Mesir, pada tahun 2019. Dokumen ini menjadi simbol penting dalam membangun kerja sama lintas agama.

Keberpihakan pada Kaum Miskin

“Bagi saya, ini merupakan lompatan teologis yang besar. Sri Paus Fransiskus juga mengakui bahwa keselamatan tidak hanya eksklusif untuk umat Katolik, tetapi juga bisa diraih oleh umat agama lain,” ujar Dicky.

Dicky juga menyoroti intensitas kepedulian seorang pemimpin spiritual yang sesungguhnya dari Sri Paus Fransiskus. Keberpihakan Sri Paus Fransiskus terhadap kaum miskin dan tertindas, termasuk masyarakat Palestina, sangat membekas di hati Dicky.

Bahkan, sikap Sri Paus Fransiskus secara konsisten mengecam agresi Israel dan selalu membela rakyat Palestina. “Ia bahkan rutin menelepon pemimpin Katolik di Gaza selama perang untuk memastikan kondisi komunitas di sana apakah aman,” kenangnya.

Di kesempatan terpisah, Margareta Rosemary, alumnus Prodi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA UGM) dan mahasiswa Magister Teknik Sistem Energi Terbarukan UGM, turut menyampaikan rasa dukanya atas kepergian Sri Paus Fransiskus.

Kenangan akan kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada September 2024 masih segar dalam ingatan Margareta. Ia menjadi salah satu dari puluhan ribu umat yang beruntung menghadiri misa akbar di Gelora Bung Karno, Jakarta, dan mendapatkan rosario langsung dari Sri Paus Fransiskus.

“Saat mendengar berita duka dari Vatikan, saya tergerak membuat tanda salib. Rasa duka tentu ada, namun juga kelegaan. Dalam iman Katolik, kami percaya bahwa hidup hanya diubah, bukan dilenyapkan,” katanya.

Menurut Margareta, kehadiran Sri Paus Fransiskus membawa pesan perdamaian, kesederhanaan, dan cinta kasih. Paus Fransiskus juga dikenang sebagai pemimpin yang peduli pada kelestarian bumi.

Salah satu warisan pemikirannya tertuang dalam ensiklik Laudato Si’, yang ia tulis sebagai “surat cinta” bagi seluruh umat manusia, mengajak semua orang menjaga keutuhan ciptaan. Ensiklik ini menginspirasi banyak orang, termasuk Margareta, untuk mengubah gaya hidup mereka.

“Saya membuat eco-enzim di kos, bersepeda ke kampus, makan sampai habis, punya barang secukupnya, dan membuat konten seputar lingkungan. Semua itu berawal dari inspirasi Bapa Suci,” ujarnya.

Bagi banyak umat Katolik seperti Margareta, Sri Paus Fransiskus bukan hanya pemimpin spiritual, tetapi juga teladan hidup. Kesederhanaan hidup Paus Fransiskus tampak dalam ajarannya dan wasiat terakhirnya.

Ia meminta makamnya dibuat sederhana di tanah, tanpa hiasan khusus, hanya bertuliskan “Franciscus”. “Tugasnya di dunia sudah selesai, kini menjadi pendoa bagi kami yang masih berziarah di dunia ini. Terima kasih Paus Fransiskus, teladanmu akan terus kami hidupi dalam peziarahan ini,” pungkas Margareta.


You Might Also Like