Potensi Biji Nyamplung sebagai Pakan Ternak Ruminansia
Keunggulan Biji Nyamplung
Nyamplung, atau dikenal juga sebagai tamanu (Calophyllum inophyllum), adalah tanaman hutan asli Indonesia yang mampu bertahan di lingkungan ekstrem. Tersebar dari Sumatera hingga Papua, pohon ini menghasilkan biji yang kaya akan minyak nabati. Minyak ini, dikenal sebagai tamanu crude oil (TCO), telah dimanfaatkan dalam berbagai industri seperti biofuel, kesehatan, dan kosmetik. Namun, ada potensi lain yang belum banyak diketahui, yaitu penggunaan bungkil biji nyamplung sebagai pakan ternak ruminansia.
Manfaat Bungkil Biji Nyamplung
Menurut penelitian yang dipimpin oleh Ir. Dimas Hand Vidya Paradhipta dari Fakultas Peternakan UGM, bungkil biji nyamplung memiliki kandungan nutrisi yang menjanjikan untuk pakan ruminansia. Dengan protein kasar sekitar 20%, lemak kasar 15.3%, dan kandungan total phenol serta flavonoid yang signifikan, bungkil ini dapat mengurangi produksi metan pada ternak. Hal ini berkat senyawa metabolit sekunder yang dapat memodifikasi fermentasi dalam rumen.
Penelitian ini merupakan bagian dari program Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) yang berlangsung dari 2023 hingga 2025. Pada tahun pertama, fokus penelitian adalah mengidentifikasi potensi bungkil sebagai pakan. Tahun kedua akan berfokus pada penggunaannya dalam pakan campuran, dan tahun ketiga pada aplikasinya pada domba.
Saat ini, proses pengepresan minyak biji nyamplung masih menggunakan sistem hidrolik. Namun, diharapkan dengan penggunaan sistem screw press expeller di masa depan, kandungan serat kasar dalam bungkil dapat dikurangi, membuatnya lebih cocok untuk pakan ternak.
Tim riset ini terdiri dari para ahli seperti Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., IPU., ASEAN Eng., dan lainnya dari BRIN. Mereka berkomitmen untuk mengembangkan potensi biji nyamplung sebagai solusi pakan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Meski bungkil biji nyamplung belum direkomendasikan untuk unggas karena serat kasarnya yang tinggi, hampir 18%, potensi untuk ruminansia sangat menjanjikan. Dengan penelitian lebih lanjut, diharapkan bungkil ini dapat menjadi alternatif pakan yang efisien dan ekonomis.
Penggunaan bungkil biji nyamplung sebagai pakan juga dapat memberikan dampak positif terhadap lingkungan dengan mengurangi emisi metan dari ternak. Ini sejalan dengan upaya global untuk mengurangi jejak karbon dan meningkatkan keberlanjutan dalam industri peternakan.
Dengan demikian, biji nyamplung tidak hanya menawarkan manfaat ekonomi tetapi juga berkontribusi pada solusi lingkungan yang lebih hijau. Potensi ini perlu terus dieksplorasi dan dikembangkan untuk mencapai manfaat maksimal bagi industri peternakan dan lingkungan.