IHSG anjlok 7%, sinyal krisis kepercayaan pasar. Ekonom UGM ungkap faktor dan solusi.
IHSG Anjlok: Apa yang Terjadi?
Pasar modal Indonesia sedang mengalami gejolak besar dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 7% dalam beberapa hari terakhir. Kondisi ini memicu penghentian sementara perdagangan atau trading halt oleh Bursa Efek Indonesia. Sebelumnya, Goldman Sachs menurunkan peringkat aset keuangan Indonesia, memperparah aksi jual asing di bursa saham domestik.
Ekonom UGM Dr. I Wayan Nuka menilai penurunan IHSG bukan hanya respons terhadap kondisi ekonomi, tetapi juga mencerminkan persepsi investor terhadap stabilitas nasional. "Kalau sebuah indeks jatuh secara ekstrem seperti kemarin, itu sebenarnya adalah cerminan dari apa yang dipersepsikan oleh para investor," ungkapnya.
Faktor Penyebab dan Solusi
Data menunjukkan lonjakan net sale oleh investor asing sebelum jatuhnya IHSG. Menurut Wayan, ini menandakan dorongan kuat dari investor untuk melepas aset dan mencari peluang di negara lain. "Kalau kita lihat indeks di hari yang sama, hanya Indonesia saja di Asia yang merah, yang lain hijau semua," jelasnya.
Kepala Program Studi Manajemen FEB UGM ini menegaskan pelemahan IHSG adalah akumulasi dari berbagai faktor seperti kebijakan pemerintah yang kontroversial, kasus korupsi di BUMN, dan ketidakpastian politik. "Kita defisit makin melebar, angsuran utang meningkat, dan lembaga rating internasional pun menurunkan peringkat kita," tambahnya.
Wayan menilai langkah politis-populis seperti kunjungan DPR ke bursa bukanlah solusi konkret. Kepercayaan menjadi faktor utama yang harus segera dipulihkan. "Ini kan masalah kepercayaan, satu-satunya cara adalah menunjukkan kepada dunia bahwa pemerintah punya itikad baik," tegasnya.
Ia menegaskan pemulihan kepercayaan itu sulit. Indonesia harus menunjukkan stabilitas ekonomi dan politik untuk bersaing dengan negara lain. Jika tidak, capital outflow akan terus berlanjut. "Kita tidak bisa hanya memburu investor, sementara negara lain justru menunjukkan perbaikan," ujarnya.
Wayan menyarankan masyarakat untuk berhati-hati dalam investasi. Ia mengimbau agar masyarakat menggunakan mode bertahan dan tidak terlalu agresif dalam mengeluarkan uang. "Pertebal dana cadangan, lakukan efisiensi, dan prioritaskan kebutuhan," pesannya.
Meski demikian, Wayan tetap mengajak masyarakat untuk menjaga optimisme sembari berharap agar pemerintah mau berbenah diri. "Seberapapun gelapnya kondisi negara ini, kita tetap orang Indonesia. Kalau bukan kita sendiri yang optimis, siapa lagi?" pungkasnya.