Edukasi

Dampak Kemunculan Danantara Terhadap Performa BUMN Menurut Ekonom UGM

Kontroversi Pembentukan Danantara

Rencana pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara menjadi sorotan publik. Banyak yang berpendapat bahwa kemunculan badan pengelola aset negara ini tidak tepat karena pemerintah tengah menghadapi berbagai isu kontroversial. Namun, dari sudut pandang ekonomi dan manajemen, pendirian Danantara adalah langkah yang wajar. Seperti holding company pada umumnya, Danantara direncanakan untuk membawahi beberapa BUMN dengan dana kelolaan mencapai 14 ribu triliun.

Ekonom Universitas Gadjah Mada, Eddy Junarsin, Ph.D., CFP., menyatakan bahwa program ini muncul di waktu yang kurang tepat. Pemerintah sedang diterpa isu-isu kontroversial seperti program Makan Bergizi Gratis dan efisiensi anggaran. 'Kemunculannya terkena imbas isu politik,' ujarnya.

Potensi Dampak Terhadap BUMN

Eddy menilai pendirian Danantara bertujuan untuk mengkonsolidasi pengelolaan aset negara agar lebih transparan dan terkoordinasi. Dengan adanya dewan komisaris, diharapkan perusahaan BUMN lebih terbuka. Selama ini, penunjukan dewan komisaris dilakukan oleh kementerian tanpa alasan yang jelas. 'Lewat Dewan Komisaris, lebih berjenjang, dan sifatnya itu tidak terlalu mengikat,' jelasnya.

Namun, Eddy juga berpendapat bahwa pendirian Danantara bisa mengurangi performa BUMN. Penambahan lapisan hierarkis dapat memperpanjang birokrasi dan mengurangi kebebasan berkreasi. 'Makanya saya bilang, manfaat Danantara itu lebih ke defensif bukan ke ofensif,' paparnya.

Untuk merealisasikan Danantara, Eddy menegaskan perlunya langkah lanjutan seperti merger dan akuisisi agar lebih efektif dan tidak menambah lapisan manajemen.

Meski demikian, badan pengelola investasi ini dapat mengantisipasi moral hazard karena pengawasan yang lebih transparan. 'Dari sisi kontrol dan transparansi itu membaik. Tapi memburuknya adalah dari sisi inefisiensi birokrasi,' ungkapnya.

Soal dampak kehadiran Danantara bagi perekonomian nasional, Eddy menilai bisa berpengaruh pada kestabilan keuangan negara. Namun, kepercayaan investor terhadap stabilitas dan keperluan investasi perlu ditelaah lebih jauh. 'Mungkin di jangka pendek iya, tapi jangka panjang kita tidak tahu. Karena kan persamaan ekonomi itu agak rumit,' jelasnya.