Seorang gadis berusia tujuh tahun di China terpaksa belajar di sudut sempit di bawah kios pasar orang tuanya setelah sekolahnya ditutup karena lockdown virus corona. Dilansir dari dailymail.co.uk, kejadian tersebut dialami oleh Ke Enya yang merupakan siswa kelas satu dan telah menjalani sekolahnya di studi darurat selama lebih dari sebulan setelah orang tuanya melanjutkan bisnis mereka di pasar tradisional provinsi Hubei, China.
Ibu Enya, Zhao Weiwei, mengizinkan putrinya menghadiri kelas online di pasar yang ramai sehingga dia dapat membantu pekerjaan sekolah Enya sambil mengelola bisnis.
Enya mengatakan bahwa ruang belajar sementara yang digunakannya hampir tidak nyaman. "Kepalaku terbentur saat aku mendongak, itu sangat menyakitkan," kata gadis kecil itu.
Gadis kecil itu juga mengatakan bahwa matanya sering terasa sakit setelah belajar di ruang sempit selama berjam-jam. "Bagian terburuknya adalah saya tidak bisa keluar untuk bermain. Ibuku tidak mengizinkanku".
Zhao mengatakan bahwa Enya tidak diizinkan untuk pergi dari pandangannya, khawatir bahwa anaknya bisa hilang di pasar yang ramai yang penuh dengan penjual dan pelanggan. Sang ibu menambahkan bahwa putrinya dilarang bermain karena terkadang ia perlu memeriksa pekerjaan rumah Enya. Tetapi ketika Zhao sibuk dengan pelanggan, dia hampir tidak bisa memberikan perhatian kepada putrinya sampai beberapa jam kemudian.
"Aku mempunyai toko yang harus diurus," kata ibu Enya.
Orang tua Enya menjual berbagai makanan tradisional Tionghoa yang dikenal dengan nama Luwei, yang disajikan sebagai hidangan dingin setelah direbus dalam kuah khusus selama beberapa jam. Ayah Enya menghabiskan hari menyiapkan makanan di rumah sementara Zhao mengurus bisnis di depan sambil menjaga putri kecil mereka.
Orang tuanya membangun bisnis dari nol setelah bermigrasi ke kota 13 tahun lalu untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Tetapi seiring dengan semakin populernya penjual makanan keluarga, para orangtua berjuang untuk menyeimbangkan antara menjaga anak mereka dan toko. Orangtua Enya harus menyewa seorang tutor untuk menjaga putrinya pada siang hari saat mereka menjalankan bisnis tahun lalu.
Yu Wenyan, kepala sekolah Enya, baru-baru ini mengunjungi siswa tersebut di pasar untuk melihat perkembangan pembelajarannya.
"Situasi seperti keluarga Enya cukup umum, ini tidak ideal untuk belajar di bawah meja, tetapi ini adalah ruang yang relatif baik untuk belajar".
Gadis kecil itu berkata, Yang paling saya harapkan adalah kembali ke sekolah dan berkumpul kembali dengan teman-teman saya. Kita bisa bermain dan belajar bersama.
Kisah Enya telah diungkap oleh pemerintah Kabupaten Wufeng, tempat tinggal keluarga tersebut, dalam sebuah postingan media sosial. Tetapi masih belum jelas kapan dia akan kembali ke sekolah dan melanjutkan kehidupan normalnya. Kisah keluarga itu muncul setelah sekolah dan bisnis di seluruh China terpaksa tutup setelah wabah virus korona meningkat.
Pelajar China telah mengambil kelas online di rumah selama tiga bulan terakhir untuk melanjutkan pendidikan mereka. Tetapi kehidupan di China telah bergerak ke fase pasca-lockdown karena negara itu melihat penurunan yang stabil dalam kasus aktifnya. Orang-orang didorong untuk melanjutkan pekerjaan karena puluhan juta siswa kembali ke kampus dalam beberapa minggu terakhir.