Pemerintah dinilai kurang memberikan perhatian dan penghargaan pada karya sastra, berdampak pada kesejahteraan sastrawan.
Peran Karya Sastra dalam Masyarakat
Karya sastra adalah produk budaya yang penting bagi suatu bangsa. Ia menyuburkan jiwa masyarakat dan menjadi cerminan identitas bangsa. Namun, nasib para penulis sering kali tidak seindah karya yang mereka ciptakan. Banyak dari mereka harus menjalani profesi lain untuk bertahan hidup karena penghasilan dari menulis tidak mencukupi.
Pemerintah diharapkan dapat memberikan perhatian lebih pada industri kreatif ini. Dukungan berupa hibah, peningkatan royalti, dan pembelian karya sastra dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan sastrawan.
Tantangan dan Solusi bagi Sastrawan
Menurut Prof. Dr. Aprinus Salam, Guru Besar Ilmu Sosiologi Sastra UGM, sastrawan tidak bisa hanya mengandalkan honor menulis. Tantangan terbesar adalah rendahnya penghargaan dari pemerintah dan masyarakat. Sastra sering dianggap fiksional dan kurang penting, padahal ia memiliki peran signifikan dalam membentuk pengetahuan dan budaya.
Aprinus menyarankan agar pemerintah dan lembaga budaya memberikan hibah dan membeli karya sastra dengan harga yang layak. Royalti juga perlu ditingkatkan agar sastrawan dapat fokus berkarya tanpa memikirkan ekonomi keluarga.
Di masa lalu, negara menganggap penting karya sastra, terbukti dari adanya beberapa karya yang dilarang. Ironisnya, larangan tersebut justru membuat buku-buku itu laku di pasaran, meski tidak berdampak signifikan pada ekonomi sastrawan karena royalti yang kecil.
Aprinus berharap dalam 5-10 tahun ke depan, pemerintah dapat mendorong kemajuan sastra Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan sastrawan. Karya sastra adalah produk bangsa, dan keunggulan suatu bangsa dapat dilihat dari kualitas sastranya.
Dengan dukungan yang tepat, sastra Indonesia dapat berkembang lebih jauh, memberikan dampak positif bagi masyarakat dan budaya kita.