Semburan gas bumi selama dua hari terakhir tak kunjung berhenti dan semakin parah. Semburan gas tersebut merusak fasilitas Pondok Pesantren Al-Ihsan di Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru, Riau.
Area komplek Pondok Pesantren Al-Ihsan kini tertutup lumpur, pasir dan abu abu. Bangunan utama, seperti asrama siswa, ruang guru, kantin, ruang kelas, dan aula rusak parah akibat gumpalan lumpur keras yang berhamburan dari sumur dan menghantam atap sehingga menimbulkan lubang. Tanah di sekitarnya juga penuh lumpur lengket.
"Kira-kira setelah sholat isya kamis malam semburannya bertambah parah berupa gumpalan besar bumi, seperti hujan batu, suaranya sangat bising. Karena itu bangunan rusak seperti ini," kata seorang guru di Pesantren Al-Ihsan, Khairudin Damanik, dikutip Antara, Jumat 5 Februari.
Insiden semburan gas bermula saat manajemen Pondok Pesantren Al-Ihsan mempekerjakan penggali sumur untuk mencari sumber air di kompleks tersebut. Kecamatan Tenayan Raya merupakan daerah yang sulit mendapatkan air dari sumur artesis, sehingga masyarakat di sana harus mengebor tanah hingga puluhan bahkan lebih dari 100 meter.
Saat proses penggalian mencapai sekitar 119 meter pada Kamis, 4 Februari, sekitar pukul 14.00 WIB, tiba-tiba gas menyembur keluar dari sumur hingga ketinggian 15 meter.
Puluhan santri Pondok Pesantren Al-Ihsan, Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru, dievakuasi akibat semburan gas alam.
Khairudin menuturkan, semburan awalnya hanya berupa gas dan abu, namun pada malam hari juga berupa material keras yang merusak gedung Pesantren.
"Semburan itu berlangsung hingga hampir tengah malam. Setelah itu reda, dan Jumat subuh keluar pasir hitam dan pagi harinya semburan gas bercampur lumpur," ujarnya.
Kepala Badan Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Riau Indra Agus Lukman mengatakan, pihaknya masih memantau kondisi tersebut karena tidak bisa begitu saja mematikan gas jet yang masih cukup kuat.
"Yang kami lakukan saat ini adalah mitigasi, yakni santri dan masyarakat sekitar di sini tergerak dan melarang warga lain untuk mendekat," ujarnya.
Ia mengatakan, upaya pencegahan semburan gas akan dilakukan oleh tim terpadu yang terdiri dari pemerintah daerah, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Sumatera Utara (SKK Migas Sumbagut), dan perusahaan gas EMP Bentul Ltd.
Sementara itu, Act Area Manager EMP Bentu Ltd, Zulfan, mengatakan semburan gas tersebut tidak ada kaitannya dengan sumur dan fasilitas gas EMP Bentu. Titik semburan gas berjarak 180 meter dari pipa gas EMP Bentu, dan satu kilometer dari sumur gas EMP Bentu. Pengeboran terakhir dilakukan pada tahun 2004, dan produksi berakhir pada tahun 2013.
"Karena lokasinya tidak jauh dari EMP Bentu, EMP Bentu sudah berkoordinasi dengan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Riau untuk membantu dengan melakukan tindakan," ujarnya.
Petugas EMP Bentu yang berada di lokasi, lanjutnya, membantu pengukuran kadar Batas Ledakan Bawah (LEL) dan konsentrasi H2S di lokasi semburan.
"Gas tersebut berpotensi terbakar jika terpicu dan juga beracun," ujarnya.
Pihaknya telah menginstruksikan manajemen Pondok Pesantren Al-Ihsan untuk mengisolasi area semburan dan melarang siapapun mendekat, dan EMP Bentu memasang barikade serta memantau LEL dan H2S secara berkala setiap enam jam.