Baru-baru ini sebuah video unggahan @grammatikal menggegerkan jagat maya Instagram dan menjadi viral setelah disaksikan lebih dari 17 ribu kali. Dalam video tersebut tampak seorang kakek berbaju merah yang memegang wajan untuk memukul buaya besar yang mendekatinya.
Setelah dipukul sebanyak dua kali, buaya besar tersebut akhirnya berlalu pergi dan meninggalkan sang kakek. Dalam keterangan video, tampaknya video ini direkam oleh warganet Australia. Meskipun demikian, warganet Indonesia tak ketinggalan untuk ikut berkomentar.
"Gokil pak 👏👏," komentar akun @manjariie.
"Ya namanya makhluk hidup kalo dipukul pake wajan mah jelas sakit ," tulis akun @y.o.g.a.a.a.
"The power of wajan emak ," akun @hawa_azzahrafitaloka turut berkomentar.
"Another normal day in Australia," tulis akun @__zufarirafid.
Bahkan ada salah satu komentar warganet yang justru sedikit menggelitik. "Bengkak tuh mulut buaya kena tampol teflon ," tulis akun @tanti.hartanti.01.
"Gak bisa godain ciwi-ciwi lagi dong, bibirnya bengkak ," komentar akun @tantyoace.
Tak hanya menggunakan wajan atau teflon, kita juga dapat melindungi diri dari serangan buaya dengan beberapa cara. Menurut Dosen Jurusan Biologi Universitas Andalas (Unand) Padang, M. Nazri Janra, M.Si, masyarakat yang bertemu buaya sebaiknya segera menghindar dengan berlari zig-zag.
"Caranya jangan lari dengan arah lurus, tapi buat gerakan zig-zag karena buaya akan kesulitan mengejar," ujar dia.
Bentuk tubuh memanjang dan jarak antara kaki depan dengan belakang yang cukup jauh, sehingga cara menyelamatkan diri dari buaya dengan berlari dalam pola zig-zag akan membuat buaya kesulitan berjalan cepat. Sementara itu, jika berhadapan langsung maka hindari gigi dan ekor. "Kalau berhadapan langsung dengan buaya juga hindari gigi dan ekor karena bisa sewaktu-waktu menyambar," pungkas Nazri.
Sementara itu, menurut ahli Herpetologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy mengungkapkan bahwa buaya termasuk dalam tipe hewan teritorial, yang berarti pejantan buaya akan melindungi atau menjaga daerah kekuasaannya dari ancaman luar. Untuk mencegah konflik antara manusia dan buaya, maka masyarakat dan BKSDA dapat mengetahui lokasi habitat buaya dan memberikan tanda peringatan agar tidak mendekat ke lokasi.