Balai Arkeologi Sumatera Selatan mendorong temuan situs-situs masa megalitikum di empat wilayah kebudayaan Pasemah diusulkan ke Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) agar menjadi situs warisan dunia karena memiliki variasi peninggalan tradisi yang luar biasa.
Kepala Balai Arkeologo Sumsel Budi Wiyana, Jumat, di Palembang mengatakan situs-situs megalit yang tersebar di wilayah kebudayaan Pasemah yakni Lahat, Pagaralam, Empat Lawang dan Muara Enim sudah layak menjadi situs warisan dunia.
"Temuan situs megalit di Lahat sejauh ini nomor satu di Indonesia bahkan dunia saja sudah mengakuinya, kami melihat potensinya sangat bagus jika dikembangkan dan dimanfaatkan," katanya.
Menurut dia pengusulan situs-situs megalit itu ke UNESCO harus disiapkan dengan matang dan membutuhkan komitmen kuat kepala daerah. Pengusulan dapat dilakukan oleh gabungan empat pemerintah daerah itu maupun Pemprov Sumsel.
Ia menilai akan lebih baik jika warisan dunia yang diusulkan berupa kawasan kebudayaan Pasemah yang meliputi empat wilayah itu dan tidak dipisah-pisah.
Jika kawasan tersebut menjadi warisan dunia, kata dia, maka potensi pariwisata Sumsel dapat terbuka hingga ke level internasional.
Pihaknya menilai pesona dan nilai kesejarahan situs-situs megalit di Sumsel setara dengan situs megalit di negara-negara lain yang lebih dulu terkenal.
Sebab, kata dia, situs-situs itu sebetulnya telah diteliti sejak Belanda masih menduduki Sumsel.
Namun hingga saat ini upaya dari pemda setempat untuk mengemas dan mengembangkan keberadaan situs-situs itu agar branding-nya lebih menguat belum terlalu maksimal.
Ia mengatakan temuan situs kebudayaan megalitikum berupa arca, lumpang batu, lesung batu, kuburan batu, hingga bilik batu saat ini memang paling banyak ditemukan di Kabupaten Lahat sehingga mendapat rekor MURI sebagai pemilik situs megalitik terbanyak pada 2012.
Namun pihaknya meyakini masih ada ratusan tinggalan situs yang belum ditemukan dan kemungkinan menyebar di Kota Pagaralam, Kabupaten Empat Lawang hingga Muara Enim karena wilayah itu diyakini sebagai awal mula kehidupan manusia di Sumsel sejak 3.000 tahun lalu.
"Bisa jadi situs-situs itu berada di semak-semak, karena jika melihat dari temuan-temuan terbaru di Desember ini lokasinya berada di kampung-kampung lama yang ditinggal penghuninya," katanya.
Pihaknya siap membantu pemerintah setempat dalam upaya pengusulan situs megalit menjadi warisan dunia UNESCO, sebab saat ini pihaknya juga telah menerjunkan tim untuk meninjau temuan dua arca terbaru.
Sementara Lembaga Kebudayaan dan Pariwisata Paranomic Of Lahat yang mendata temuan megalit sejak 2009 mencatat total terdapat tinggalan benda-benda masa megalitikum dari arca hingga bilik batu mencapai 1.000 buah dan tersebar di 54 situs di Kabupaten Lahat, demikian Budi Wiyana.
Pasemah merupakan dataran tinggi sepanjang 70 km yang membentang arah barat laut-tenggara yang merupakan bagian dari gugusan bukit barisan. Di dataran tinggi inilah yang kemudian dikenal oleh para arkeolog, karena ditemukan sebaran tinggalan arkeologis dari masa megalitik. Tinggalan tersebut meliputi: dolmen, arca batu, tetralith, batu datar, lumpang batu, lesung batu, menhir, kubur batu, lukisan bilik batu, batu berelief, (van der Hoop, 1932; Prasetyo, 2006, Sukendar, 2004), dan kubur tempayan (Indriastuti, 2011). Batas geografis yang mudah dikenali adalah berada antara Gunung Dempo di sebelah barat daya dan ke arah timur laut terdapat bukit Gumai, lalu di sebelah tenggara adalah bukit Patah. Di bawahnya mengalir sungai Lematang dan sungai Musi yang menjadi penyatu antara Palembang dan dataran tinggi Pasemah.
Wilayah persebaran situs-situs megalitik Besemah meliputi Kabupaten Lahat, Kota Pagar Alam dan sebagian di Kabupaten Empat Lawang. Secara Geografis wilayah ini dibagi menjadi 3 satuan morfologi, yaitu satuan morfologi pegunungan, satuan morfologi bergelombang, dan satuan morfologi dataran. Satuan morfologi pegunungan dengan puncaknya diantaranya Gunung Dempo (3159m) dan Pegunungan Gumai (1700 m). Pada satuan morfologi ini umumnya lereng agak terjal, lembah sempit dan di beberapa tempat terdapat jeram. Saluran berpola teranyam terdapat di lereng atau kaki bukit. Satuan morfologi bergelombang mempunyai ketinggian puncak 250 m, dengan lereng umumnya landai serta sungai berlembah dan berkelok-kelok. Di beberapa tempat terdapat lubuk, pola saluran di daerah ini berbentuk dendritik. Adapun satuan morfologi dataran dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, dengan bentuk sungai berkelok-kelok dan umumnya pola salurannya bersifat dendritik.