Presiden Prancis Emmanuel Macron sedang menjadi sorotan dunia Internasional khususnya dunia Islam. Pernyataannya yang kontroversial membuat banyak organisasi-organisasi Islam di dunia mengecamnya. Bahkan demo besar-besar juga terjadi di beberapa negara.
Di Indonesia sendiri, ada element masyarakat yang menyerukan agar pemerintah memutuskan hubungan diplomatik dengan Prancis. Seruan boikot terhadap produk-produk yang berasal dari Prancis pun mencuat di media sosial.
Lalu bagaimana sebenarnya hubungan diplomatik antara Prancis dan Indonesia.?
Jika merujuk pada sejarah, Indonesia ketika masih penjajahan Belanda ternyata sudah memiliki hubungan tidak langsung dengan Prancis. Hubungan tidak langsung antara Prancis dan Indonesia dimulai pada awal abad ke-19 pada masa kolonial Hindia Belanda.
Berikut jejak Prancis di Nusantara
1. Perang Napoleon
Dalam Buku 'Sejarah Indonesia Modern (2016)' karangan MC Ricklefs', pada akhir abad 18, VOC mengalami kemunduran. Korupsi dan perang terus-menerus di berbagai daerah di Nusantara membuat VOC mengalami krisis keuangan. Di Eropa, pada Desember 1794 hingga Januari 1795, Prancis menyerbu Belanda.
Di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte, Prancis berhasil menguasai Belanda. Ia kemudian membentuk pemerintahan boneka. Pada tahun 1796, De Heeren XVII yang mengatur operasi VOC di Indonesia dibubarkan. De Heeren XVII digantikan dengan komite baru. Tak lama, pada 1 Januari 1800, VOC dibubarkan. Operasional VOC di Nusantara diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda.
Napoleon Bonaparte lalu mengangkat adiknya, Louis Napoleon sebagai penguasa di Belanda pada tahun 1806. Kemudian pada 1808, Louis mengirim Marsekal Herman Willem Daendels ke Batavia. Selama tiga tahun yakni dari 1808-1811, Daendels menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
2. Daendels Pengagum Bonaparte
Di masa kepemimpinan Daendels, rakyat dan penguasa-penguasa setempat diperlakukan dengan sewenang-wenang. Para raja-raja di Jawa dipaksa mengabdi kepada Belanda. Kebijakannya yang paling kontroversial, pembangunan jalan dari Anyer hingga Panarukan yang menelan banyak korban.
Daendels adalah seorang Belanda pengagum Bonaparte, dan selama pemerintahannya di Jawa ia membangun istana megah dikenal sebagai Het White Huis (Gedung Putih) atau Het Groote Huis (Gedung Besar). Hari ini gedung ini difungsikan sebagai Kantor Kementerian Keuangan Indonesia, yang menunjukkan pengaruh arsitektur Gaya Imperium Prancis.
Daendels juga mengganti nama Buffelsveld (Lapangan Banteng) menjadi Champs de Mars (kini Medan Merdeka). Pertempuran memperebutkan Jawa terjadi antara Inggris melawan gabungan Republik Belanda dan Prancis disebut Perang Inggris-Belanda yang pecah pada tahun 1811.
3. Republik Indonesia Terpengaruh Prancis
Revolusi Prancis yang melahirkan pemerintahan Republik kemudian menginspirasi gerakan nasionalis Indonesia pada awal abad ke-20. Konsep politik Republik Indonesia sedikit banyak dipengaruhi oleh model Republik Prancis. Indonesia juga mengadopsi sistem hukum Kontinental Napoleon melalui perantara Belanda.
Revolusi Perancis mendorong berkembangnya paham-paham liberalisme, demokrasi dan nasionalisme. Paham ini masuk ke Indonesaia sehingga lahirlah pergerakan untuk menentang imperialisme dan kolonialisme.
Di Nusantara kemudian muncul kebangkitan nasional yang dipelopori oleh Budi Utomo yang didusul pergerakan yang lain seperti Sarekat Islam, Indische Partij dll.
4. Jejak Lingustik
Indonesia jega memiliki jejak Prancis dalam bahasa. Hubungan budaya linguistik antara Indonesia dan Prancis melalui perantara Belanda, seperti terlihat dalam kata-kata serapan dalam bahasa Indonesia dari Bahasa Prancis, yang kebanyakan merupakan istilah politik atau militer, seperti 'kudeta' (dari coup d'état) dan 'letnan' (dari lieutenant).
Kudeta dalam bahasa Prancis, coup d'Etat atau disingkat coup pengucapan yang berarti merobohkan legitimasi atau pukulan terhadap negara.
Letnan berasal dari istilah dalam Bahasa Prancis, lieu berarti tempat atau posisi, sedang tenant berarti memegang. Dengan demikian lieutenant berarti seseorang yang bertanggung jawab atas suatu tempat atau posisi saat atasan berhalangan.