www.balipost.com
Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, baru-baru ini mengungkapkan permohonan maaf yang mendalam atas tragedi kelam yang dikenal sebagai "pembantaian Tak Bai". Insiden ini terjadi pada tahun 2004 dan merenggut nyawa 78 warga Muslim, meninggalkan luka yang mendalam dalam sejarah Thailand.
Dalam pernyataannya, Paetongtarn menyampaikan, "Mewakili pemerintah, saya meminta maaf atas peristiwa yang terjadi di Tak Bai dua dekade lalu." Ia juga menambahkan, "Saya ingin menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada para keluarga dan mereka yang terkena dampak dari peristiwa ini." Permintaan maaf ini bukan hanya sekadar formalitas, tetapi merupakan langkah penting untuk memperbaiki hubungan antara pemerintah dan komunitas Muslim di Thailand.
Peristiwa tragis ini terjadi pada 25 Oktober 2004, ketika enam relawan pertahanan desa ditangkap dengan tuduhan menyerahkan senjata kepada kelompok pemberontak. Penangkapan ini memicu kemarahan massa yang berujung pada protes besar-besaran di kantor polisi Tak Bai. Sayangnya, bentrokan tidak dapat dihindari, dan puluhan demonstran ditangkap serta dipindahkan ke pangkalan militer. Dalam perjalanan tersebut, 78 warga Muslim kehilangan nyawa akibat sesak napas dalam truk yang tidak memiliki ventilasi.
Memasuki dua dekade sejak peristiwa tersebut, komunitas Muslim di Thailand bersama aktivis mengadakan aksi simbolis untuk mengenang para korban. Mereka bersepeda melalui rute yang dilalui truk yang membawa para korban, berharap tragedi ini tidak akan pernah dilupakan. Meskipun pemerintah telah memberikan ganti rugi kepada keluarga korban, desakan untuk memperpanjang batas waktu kasus ini masih terus bergulir, agar keadilan dapat ditegakkan.
Tragedi Tak Bai adalah pengingat pahit akan pentingnya dialog dan rekonsiliasi dalam masyarakat yang beragam. Dengan permintaan maaf ini, diharapkan akan ada langkah konkret dari pemerintah untuk mencegah terulangnya kekerasan di masa depan dan memperbaiki hubungan dengan komunitas Muslim di Thailand.