media.wired.com
Dalam beberapa tahun terakhir, platform komunikasi seperti Telegram telah menjadi tempat berkumpul bagi berbagai kelompok ekstremis, termasuk Neo-Nazi. Namun, baru-baru ini, banyak anggota komunitas ini mulai beralih ke aplikasi enkripsi baru yang disebut Simplex. Artikel ini akan membahas alasan di balik pergeseran ini dan apa yang membuat Simplex menarik bagi mereka.
Salah satu alasan utama mengapa Neo-Nazi meninggalkan Telegram adalah meningkatnya pengawasan dan tindakan tegas terhadap konten ekstremis di platform tersebut. Telegram telah mulai menghapus grup dan saluran yang melanggar kebijakan mereka, membuat anggota komunitas ini merasa tidak aman. Dengan beralih ke Simplex, mereka berharap dapat menemukan lingkungan yang lebih aman untuk berkomunikasi.
Simplex menawarkan beberapa fitur menarik yang membuatnya lebih menarik bagi pengguna yang mencari privasi. Aplikasi ini menggunakan enkripsi end-to-end, yang berarti hanya pengirim dan penerima yang dapat membaca pesan. Selain itu, Simplex juga memiliki fitur yang memungkinkan pengguna untuk membuat grup tertutup yang lebih sulit untuk diakses oleh pihak luar.
Pergeseran ini dapat memiliki dampak signifikan pada cara kelompok ekstremis berkomunikasi dan berorganisasi. Dengan menggunakan aplikasi yang lebih aman, mereka mungkin dapat memperkuat jaringan mereka dan menyebarkan ideologi mereka dengan lebih efektif. Ini menjadi perhatian bagi banyak pihak yang berupaya memerangi ekstremisme.
Pergeseran Neo-Nazi dari Telegram ke Simplex menunjukkan bagaimana teknologi dapat mempengaruhi dinamika kelompok ekstremis. Dengan meningkatnya pengawasan di platform populer, mereka mencari alternatif yang lebih aman untuk menyebarkan ideologi mereka. Ini menyoroti tantangan yang dihadapi dalam memerangi ekstremisme di dunia digital.